Bumi mengkeret, belang-belang,
gowang, yang megah akan runtuh lalu tumbuh jamur-jamur kering yang sangat
beracun.
Bumi terbebani dengan
bangunan-bangun an mencakar langit, sumber di dalamnya di kriwili jari-jari
lentik penghuninya.
Organ-organ yang ada di
dalamnya bermunculan, kekuatan-kekuat an yang dimilikinya
dihamburkan.
Terpaksa, bumi sesekali harus
menggerakkan pundaknya agar lebih pas dan ringan sehingga beban yang dipikulnya
sedikit berkurang.
Sangat berbahaya kalau bumi ini
mengidap penyakit turun temurun karena termakan oleh usia. Salah satu penyakit itu
adalah dengkek'en.
Kalau sudah mengidap dengkek'en
susah untuk disembuhkan, susah berdiri, susah berjalan apalagi di punggungnya
di beri beban yang berat, jelas tidak akan kuat.
Bumi butuh minuman segar,
semacam Extrajoss, Kukubima, Joshua atau Kopi pahit misalnya.
Bumi juga butuh tempat tidur,
arena bermain, taman-taman bunga agar bisa bebas menikmati alam sesuai
keinginan hatinya.
Sangat egois kalau manusia
selalu menyakiti alam yang sedang sakit.
Umurnya sudah tua, rambutnya
ber-uban bahkan ada yang dibabat habis rambut-rambut hijaunya.
Ditebang secara bebas lalu
ditanami beton-beton besar, paku bumi, di atasnya masih diberi bangunan yang
sangat berat.
Awas! kalau bumi benar-benar
dengke'en, diberi GPU atau hotcream tidak akan bisa sembuh, bahkan 7 ramuan
obat dari dewapun tidak akan mempan.
Alam lebih tua daripada
manusia, harus sopan santun, menjaga keseimbangan, sopan santun serta berusaha
menghilangkan kolonialisme.
Supaya tubuh rentanya bisa
bertahan lebih lama, diperlakukan dengan halus agar tidak mudah marah.
Itulah sifat kalau sudah tua
maka kembali seperti anak kecil, mudah rewel.
Manusia ingin menguasai alam
lalu menjadikanya sebagai buruh di masa hidupnya.
Memperbudak tanahnya, mengebiri
akar-akarnya, meludahi pesona indahnya.
Kalau bumi sudah menangis,
celaka, air matanya tidak mampu di seka, akan terus tumpah menuruni
ladang-ladang tangis manusia.
Bercampur jadi satu.
Manusia kejar-kejaran, sembunyi
sana-sembunyi sini.
Tebar pesona, meliuk-liuk dengan lincahnya
lalu saling mangsa. Akhirnya dibuat lari-lari beneran, sembunyi-sembun yi
tak karuan.
Mungkin bumi sedang lapar tapi manusia
enggan untuk menyuapinya sehingga makan apa saja yang ada sekelilingnya, seenaknya.
Membangun gedung kebohongan "manusia
terkurung" yang hadir bukan dirinya namun sifat-sifat kerdil miliknya.
Seekor binatang buas bila berada di
belantara hutan menjadi hal yang wajar, namun jika berada di ruang-ruang ber
ac, kantor-kantor, aula-aula, tentu membuat penghuninya kelagapan dan segera
ingin mengusir binatang buas tersebut bahkan tak segan-segan ingin membunuhnya.
Namun, ada hal yang mereka lupakan tentang
bagaiamana caranya binatang buas tersebut bisa masuk dan berada di tempat itu!.
Sekarang, aku tidak akan
mengingat-ingat kisah Qorun dan hartanya,
Nabi Nuh A.s dan Perahunya, Nabi Musa A.s
dengan tongkatnya,
Nabi Saleh A.s dengan gelegar petirnya,
tapi tentang Nabi Muhammad SAW dengan
berbagai umatnya.
Manusia dengan al-qur'anya, manusia dengan
hadisnya,
Jelas dan sangat jelas, tidak ada keraguan
lagi di dalamnya.
Pertanyaan sederhana, menurut kalian orang
yang baik diantara mereka itu yang mana?
agak kabur jika kita menilai seseorang
hanya melihat satu alur dari kebiasaan yang sudah dilakukan.
Bumi adalah bejana manusia, meraung
gundah, mendesah.
Jiwa terbakar air ludah binatang.
Sakit mengadu, senang melupa. Sudah biasa.
Ajarkan aku mengingat, ingat nafas-tanah-per jalalan-pencipt a.
Aku hanya sekelebat malam tanpa bintang.
Secercah cahaya tanpa bulan.
Waktu terbius logat-logat alam.
Kabut, awan dan segenggam angin bisu.
Tak mampu ... Tak akan mampu meniduri nafsu usang.
Batu besar membunuhmu, kerikil kecil membinasakanmu.
Sadar dan tak sadar, pikun: Bumi dengke'en, bro!.
Jiwa terbakar air ludah binatang.
Sakit mengadu, senang melupa. Sudah biasa.
Ajarkan aku mengingat, ingat nafas-tanah-per
Aku hanya sekelebat malam tanpa bintang.
Secercah cahaya tanpa bulan.
Waktu terbius logat-logat alam.
Kabut, awan dan segenggam angin bisu.
Tak mampu ... Tak akan mampu meniduri nafsu usang.
Batu besar membunuhmu, kerikil kecil membinasakanmu.
Sadar dan tak sadar, pikun: Bumi dengke'en, bro!.
Surabaya, 18 Oktober 2018
18/10/2018
18/10/2018
Comments
Post a Comment