Skip to main content

Apakah ini mimpi, Buk?


Ahad, 14 Desember 2014  
“Jatuh bangun karena menangkap bola itu hal yang biasa, namun jatuh bangun karena membangun kehidupan yang lebih baik itu hal yang luar biasa. Gak usah nyerah di tengah jalan.” Nasihat sang kapten menghiasi akhir pekan saya dan rekan-rekan di tempat latihan kami.
Siang itu, merupakan pertandingan terakhir kami selama tiga tahun bersama skuad “putih abu-abu”. Terik matahari menyengat kulit kami yang mulai menghitam. Hembusan angin yang cukup kencang menggiring kami menuju lapangan. Kemenangan menjadi harga mutlak bagi tim karena merupakan laga terakhir. Lawannya tak mudah, mereka adalah tim dengan pertahanan paling kokoh seperti Juventus (Salah satu klub terbaik Serie A Italy) yakni kelas XII IPS 4. Atmosfer lapangan pun menjadi tegang seperti El Clasico (pertandingan antara Real Madrid vs Barcelona). Sorak sorai penonton menjadi penghibur terakhir kami. Tak lupa nasihat sang kapten untuk kami yang kesekian kalinya menjadi motivasi ekstra.
“Ini pertandingan terakhir buat kalian semua. Ini bukan ajang unjuk gigi di depan teman-teman. Ini juga bukan ajang kalian untuk membesarkan kepala di depan teman-teman. Namun, ini adalah ajang yang tepat untuk membuktikan bahwa siapa kalian yang sesungguhnya. Buktikan dengan ciri khas kalian yang selalu berserah diri kepada Allah ketika bertanding.”
Sebelum pertandingan dimulai, official meminta kami untuk memberikan testimoni untuk para penonton.
“Saudara-saudara, Perkenankan kami untuk memanggil pemain futsal dari kelas XII-IPA1 ke atas panggung ini.”
Tepuk tangan ditambah suara beberapa terompet bergemuruh di setiap sudut lapangan.  Satu per satu pemain kami berada di atas panggung di salah satu sudut lapangan.
“Lihatlah bola itu!” tegas Bagas sambil menunjuk ke arah bola yang dipegang Febry.
“Bola itu diam. Bola itu tak bergerak sedikit pun ketika dibiarkan begitu saja. Bola itu akan bergerak jika ada yang menendang dan menangkapnya. Itu pula yang terjadi kepada saya. Jujur saja, Saya mungkin adalah orang yang pendiam di tim ini. Namun, saya tak akan bergerak jika tak ada orang yang mendukung saya. Saya akan bergerak atau berprestasi jika seluruh yang ada disini mendukung kami disini. Kemenangan ini akan menjadi kado terindah bagi kelas ini.” Tepuk tangan menghiasi acara tersebut disambut dengan tetesan air mata para penonton.
Acara ini berlangsung hampir 30 menit dan tatkala official menyebutkan namaku untuk segera menyampaikan kata terakhir itu, penonton langsung bersorak sorai sambil menyanyikan kembali lagu “perpisahan ini”.
“Hari ini adalah hari terakhir bagi kami berlaga di rumah ini. Saya dan teman-teman hanya bisa mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada kalian semua. Dukungan kalian tak bisa dibeli dengan uang, dan tak bisa dihilangkan begitu saja. Alangkah indahnya jika kemenangan ini menjadi kado spesial bagi kami untuk kalian. Insya Allah, kami akan berikan yang terbaik untuk hari ini. You’ll Never Walk Alone.”
Tepuk tangan para penonton menutup acara ini. Tak henti hentinya sebagian penonton yang merupakan teman kami meneteskan air mata. Iringan lagu Semua tentang Kita mengiringi langkah kami meninggalkan tribun tersebut. Terlihat dari kejauhan sang kapten hanya bisa tersenyum melihat penampilan kami di tribun penonton.
Wasit meniupkan peluit pertanda laga dimulai. Lapangan berukuran 45x20 meter itu menjadi saksi bisu perjuangan kedua tim untuk merebut gelar bergengsi tersebut. Nyanyian para penonton seolah-olah menghancurkan mental tim lawan yang sebenarnya diunggulkan dalam laga ini.
“....Genggam tanganku jangan pernah lepaskan.
Bila kau mulai lelah,
Lelah dan tak bersinar,....”
(lirik Sheila On 7 - sahabat sejati)
Peluang demi peluang tak kunjung mengubah papan skor. Hingga tangan kiper merasa kesakitan karena serangan bertubi-tubi dari lawan. Skor kacamata pun menghiasi papan skor hingga akhir. Laga pun harus dilanjutkan ke babak adu penalti karena gagal menceploskan bola ke gawang.
“Ini pertama kalinya dan yang terakhir pula kalian menghadapi adu penalti ini. Nggak usah dredeg kalau mau menendang. Enjoy saja lha wong kalah menang itu wes biasa dalam permainan. Lakukan yang terbaik !” ujar sang kapten sambil memberikan air minum kepada Bagas, Febry, dan Mukib.
Sedangkan aku fokus mendengarkan arahan dari Tulus, sahabat sekaligus kiper yang ditakuti untuk bisa menahan tendangan lawan.
gak usah dipikir nemen-nemen. Malah gak fokus engko. Delok bale, terus lagek obah”. Ujar Ahmad.
Drama adu penalti pun dimulai tepat menjelang maghrib. Raut wajah dari ratusan penonton menjadi tegang. Begitu pula wajah para eksekutor tendangan penalti yang terus memandang ke langit karena dredeg. Empat penendang dari tim kami dan tim lawan sukses masuk ke gawang. Saya kesal karena gagal mengamankan bola.
 “Huh.... !” Ujar saya setengah emosi.
Hingga penendang terakhir bersiap untuk menendang. Saya hanya mengejamkan mata kali itu seraya berdoa dalam hati.
“Ya Allah, berikanlah kemudahan dan kekuatan.”
Priitt... . Tendangan pun dieksekusi.
“argh....” Teriak supporter lawan. Bola pun berhasil ku tangkap. Seluruh pemain bergegas menghampiri saya di bawah mistar gawang.
Iki lagek Ngadimen. Fokus! Sak iki wayahmu.” Ujar Febry menyemangati saya.
Dan kini adalah waktu saya untuk mengeksekusi bola. Saya melihat raut wajah teman-teman dan para supporter yang sangat tegang. Saya melihat penjaga gawang lawan sangat tangguh. Priit...
“Goal..!!” Teriakku 
Seluruh teman-teman dan penonton segera mengerubungiku dilantuni lagu We Are The Champions yang diputar oleh panitia. Sedangkan sang kapten hanya menangis bahagia melihat hasil ini.
“Men, Cubiten aku! Iki ngipi opo tenanan?” suruh Tulus kepada ku.
Ku cubit dengan ekstra tangan Tulus. Hingga teriakannya tak terkendalikan dan mengundang tawa di tengah lapangan. Teman-teman masih larut dalam suka cita walau Adzan Maghrib di masjid dekitar segera berkumandang. Sedangkan aku hanya duduk di sudut lapangan memandang senja. Aku hanya bisa tersenyum dan bangga dengan hari ini. Hari yang luar biasa bisa merayakan kemenangan dengan teman-teman. Namun, hal yang ku tanyakan dalam hati adalah apakah ini adalah awal dari mimpi ku sejak kecil? Sedangkan teman-teman mendekati ku dan menyanyikan lagu yang membuat air mata meleleh begitu deras.    
“Teringat disaat,
kita tertawa bersama,
ceritakan Semua Tentang Kita,”


 Apakah ini mimpi yang terealisasi, buk? Dan apakah ini awal dari perpisahan bersama teman-teman?

Comments

  1. Agen BOLAVITA menyediakan permainan yang terlengkap. Termasuk juga untuk permainan Judi Bola.

    Judi Bola yang disediakan yaitu 3 jenis:
    ♦ SBOBET / SPORTSBOOK
    ♦ IBC Bet
    ♦ 368 Bet

    Dengan minimal Deposit Rp 50.000 saja sudah bisa mainkan semua permainan yang ada di dalam situsnya.

    Agen BOLAVITA juga sedang mengadakan BONUS BIG MATCH 20% untuk menyambut pertandingan-pertandingan penting (Big Match) menjelang akhir Liga dan Kompetisi Eropa.

    Maksimal bonus yang akan diberikan sebesar Rp 1.000.000

    Daftarkan dirimu sekarang juga di www.bolavita.vip

    Untuk info selanjutnya, bisa hubungi kami VIA:
    BBM : BOLAVITA / D8C363CA
    Whatsapp : +62812-2222-995
    Livechat 24 Jam

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Rekap Motogp Aragon

 Aragon - Motogp Aragon 2021 yang berlangsung menghadirkan banyak drama. Diantaranya adalah duel ketat antara Pecco vs Marc, terpuruknya Fabio beserta pasukan yamaha, hingga persaingan panas di papan tengah.  berikut adalah rekap motogp aragon 2021 - Pecco kesurupan Dovi Duel ketat antara Pecco vs Marc mengingatkan kita dengan Dovi vs Marc beberapa tahun silam. memulai start dari pole, Pecco selalu dibuntuti marc hingga perang overtake tersaji dari lap 19 hingga last lap. 7x di overtake dan dibalas tuntas oleh pecco. sebenarnya marc memiliki peluang menang ketika berhasil mengovertake di tikungan 9, namun marc melebar sehingga pecco berhasil menyalip kembali dan melenggang mulus di garis finish.  - Joan Mir aman di podium 3 Joan mir adalah salah satu sunday rider selain Valentino Rossi dan Brad Binder. Start di posisi 7, Mir berhasil mengovertake lawan-lawannya seperti Miller, Aleix, Martin, dan Fabio. sempat berduel beberapa laps dengan Aleix untuk podium 3, namun Joan Mir berhasil me

Indonesia vs Malaysia (1)

"Sejauh jauhnya kamu pergi, Suatu saat kamu akan kembali" Negeri jiran, Musuh bebuyutan kita, Saling balas maki dan cacian, Di dunia kulit bundar, Maupun di berbagai bidang, Mereka sudah meningkat, Sedangkan kita masih merangkak. Tak banyak cendekiawan hebat, Layaknya para ustadz dan wali sanga. Namun, mereka belajar banyak. Mengaplikasikan di kawasannya. Sedangkan kita terlalu bangga. Akan SDA yang melimpah. Akan banyaknya ilmuwan, Namun lupa dengan adab, Serta identitas sesungguhnya. Malaysia, 28 Agustus 2019

Masih perlu Nasihat?

        (Siapa bilang jika nasihat itu identik dengan anak kecil?)  Suatu hari, di bulan November tahun 2017. Ada kejadian unik yang mungkin dianggap biasa di kalangan santri. Yaitu tidak melaksanakan Sholat berjamaah di Masjid. Ini memang "sepele" tapi bisa menjadi kasus luar biasa karena dalam Islam kita diperintahkan untuk melaksanakan sholat berjamaah di awal waktu dan dilaksanakan di masjid. Namun, yang terjadi pada pagi itu mengundang pro kontra di kalangan hati santri yang bermukim di tempat tersebut. Mengapa kok kesalahan seperti ini kok di publish di sebuah grup sosial media? Suatu ketika, ada sekumpulan santri di salah satu Ma'had terkenal di kota pahlawan. Mereka membuat sebuah keselahan yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Sesuai dengan tradisi yang dianut ma'had tersebut, mereka digiring menuju ke kantor pengasuh untuk mendapat nasihat ataupun teguran. Nasihat yang disampaikan pun hampir sama dengan nasihat-nasihat yang telah dis